Tidak Ada "Hari Valentine" Dalam Islam
Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah yang kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani. Sejarahnya berasal ari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus
Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke
dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani
memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab
rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini
menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari
ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari
ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang
muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik
agama Nasrani ataupun agama paganis dari Romawi kuno.
Katakanlah: "Hai orang-orang non muslim. Aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan
Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak
pernah menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku"
Valentine Berasal dari Budaya Syirik.
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?”
mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti,
“Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan
kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my
Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha
Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan
makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Icon si “Cupid ” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
- Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
- Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
- Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
- Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang
mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka
menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine
yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya
kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut
setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non
muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.
Ada beberapa kerusakan dalam merayakan "Hari Valentine" :
- Merayakan Valentine berarti meniru niru orang kafir
- Menghadiri perayan orang kafir bukan ciri orang beriman
- Mengagungkan sang pejuang cinta akan berkumpul bersamanya nanti dihari kiamat
- Ucapan selamat valentine terjerumus dalam kesyirikan dan maksiat
- Hari kasih sayang menjadi hari semangat berzina
- Meniru perbuatan setan
Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan
merayakan hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari
Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual
beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena
ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan. Ingatlah,
Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan
ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum
mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
Posting Komentar untuk "Tidak Ada "Hari Valentine" Dalam Islam"