Aku Bingung Harus Pilih Siapa?
mohhammadnoer.com - Kisah ini berawal saat aku berkenalan dengan Rangga (bukan nama sebenarnya). Tanpa sengaja kami bertemu di salah satu rumah sakit. Kebetulan sama-sama menjalani perawatan. Kala itu, aku masih berusia 17 tahun, sedangkan dia sudah 20 tahun.
Sebenarnya persahabatan kami sangat singkat, namun begitu membekas dalam ingatanku. Sampai usiaku menginjak 20 tahun, aku masih saja mengingatnya.
Pulang dari rumah sakit, aku tak pernah lagi mendengar tentang Rangga. Aku kembali pada aktifitasku sehari-hari, sekolah dan membantu ibu berusaha demi mencukupi kebutuhan kami sehari-hari. Aku tak lagi memiliki ayah sejak umurku tujuh tahun, jadi aku pikir punya kewajiban membantu ibu.
Di daerah tempatku tinggal, aku juga memiliki sahabat, sebut saja Rian (bukan nama sebenarnya). Dia adalah anak yatim piatu, kedua orangtuanya meninggal dunia dalam akibat kecelakaan lalu lintas. Ia kini tinggal bersama orangtua angkatnya.
Sama seperti aku, Rian tak lagi memiliki keluarga. Walau sama-sama susah, Rian kerap kali membantu aku dan ibuku jika sedang mengalami kesulitan. Saat aku dirawat pun ia banyak membantu, terutama dalam membiayai perawatanku.
Saat usiaku 19 tahun, ibu meninggal dunia karena sakit. Aku tak begitu meratapi kepergian ibu, karena aku sudah terbiasa dengan perasaan sedih dan sakit. Aku juga sudah menganggap kelaraan adalah bagian dari hidupku yang tak bisa aku hindari.
Yang aku pikirkan saat itu adalah bagaimana aku bisa menghidupi diriku sendiri tanpa bantuan siapapun. Untunglah ibu memberikan bekal kemandirian buatku, sehingga aku tak banyak mengalami kesulitan dalam memutuskan segala hal.
Berbekal ijazah SMA, aku bertekad mencari pekerjaan di salah satu kota. Namun maksudku tersebut mendapat tentangan dari Rian. Dia khawatir dengan rencanaku, karena banyak mendengar tentang kabar buruk di sana.
Aku tetap bersikeras dan akhirnya dengan sangat terpaksa Rian menemani aku merantau. Ternyata apa yang dikhawatirkannya benar-benar terjadi. Selama satu bulan kami berada di sana, kami sama sekali belum mendapatkan pekerjaan.
Untuk menutupi semua kebutuhan hidup, kami terpaksa mengamen dari satu bus ke bus lainnya, bahkan mengemis. Terkadang kami harus mengamen pada malam hari di kafe-kafe tenda yang banyak bertebaran di sana. Sekali lagi ia menjadi dewa penolongku, menjaga aku dari ancaman kejahatan.
Karena situasi yang tak memungkinkan menyewa kamar untuk tempat tinggal, akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di tempat penampuangan anak-anak jalanan. Di tempat ini, keadaan memang serba sulit dan mengerikan.
Aku pernah mengalami percobaan pemerkosaan. Untunglah Rian memergoki dan menolongku. Walau dengan tubuh dan wajah yang babak belur karena dikeroyok, kami pergi meninggalkan tempat tersebut.
Saat itu kami harus menghadapi situasi yang sangat kritis. Kami tak memiliki cukup uang untuk menyewa tempat penginapan. Namun semua itu kami hadapi dengan penuh kesabaran. Rian juga berupaya untuk mencari pekerjaan tetap dan akhirnya berhasil.
Lebih kurang empat bulan bekerja, Rian membiayai sepetak kamar untuk kami. Dia rela menghabiskan gajinya untuk memenuhi kebutuhan kami.
Taka lama kemudian, aku mendapatkan pekerjaan di sebuah kafe. Di sanalah aku bertemu kembali dengan Rangga. Secara tidak sengaja aku melayaninya. Ia memandangku lama sekali. Saat itu aku tak berani menyapanya, karena masih ragu apakah itu Rangga atau bukan.
Kesokan harinya ia kembali datang. Kali ini ia mencoba berbasa-basi denganku dan akhirnya pertemuan kedua itu mampu mengurai kembali cerita lama selama satu minggu di rumah sakit. Sejak itulah benih-benih cinta mulai bersemi di hati kami.
Aku akui bahwa perasaan cinta ini sudah ada sejak kami pertama berkenalan. Namun rupanya hal itu tak bisa diterima Rian. Diam-diam dia juga menyimpan perasaan yang sama dengan Rangga. Ia akhirnya mengungkit semua kebaikannya padaku, bahwa selama ini ia mau berkorban karena ia memiliki rasa cinta kepadaku. Namun ia tak pernah mengungkapkannya kepadaku, karena ia mengira aku sudah mengetahuinya. Aku sendiri menganggapnya sebagai saudara sendiri, tidak lebih dari itu.
Hal ini akhirnya membuat aku merasa bingung. Di satu sisi aku tak bisa mengabaikan persaan cintaku kepada Rangga, di sisi lain aku juga tak bisa begitu saja melupakan jasa-jasa Rian selama ini.
Sampai saat ini aku belum bisa mengambil keputusan. Sementara sikap Rian kepadaku semakin hari semakin berubah. Ia seolah membenciku, apa lagi saat Rangga ada di sisiku.
*** Punya cerita tentang kisahmu atau temanmu, mari berbagi disini sebagai inspirasi bagi pembaca, kirimkan ke mohhammadnoer@gmail.com***
Posting Komentar untuk "Aku Bingung Harus Pilih Siapa?"