RI Punya Banyak Sapi, Tapi Kok Harga Daging Mahal?
mohhammadnoer.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat saat ini jumlah populasi sapi lokal mencapai 15 juta ekor. Dengan hitung-hitungan populasi tersebut, pasokan daging sapi di dalam negeri seharusnya telah mencukupi atau surplus. Tapi kenyataanya daging sapi tetap mahal, bahkan di Jakarta mencapai Rp 130.000/kg.
Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, meski stok populasi sapi di dalam negeri mencukupi, tingginya permintaan daging sapi belum bisa diimbangi dengan ketersediaan sapi yang siap potong dari peternak lokal.
"Tahun terakhir BPS sensus pertanian tahun 2013 jumlah sapi kita ada 12 juta, sekarang sekitar 15 juta dari survei oleh Kementan. Tapi kalau di-trace nggak semua dari 15 juta yang tersedia dan bisa dipotong," kata Suryamin di Kantor BPS, Rabu (12/8/2015).
Suryamin menyebut, penyebab utama defisit permintaan dan ketersediaan sapi lokal akibat kepemilikan sapi yang masih dimiliki keluarga, bukan peternakan besar.
"Sapi kita banyak. Tapi sapi dimiliki rumah tangga yang punya 3 atau 2 sapi saja. Yang juga harus dilihat, bahwa sapi betina baru bisa dipotong kalau sudah 5 kali beranak atau dan sapi jantan pada umur di atas 2 tahun," ujar Suryamin.
Kondisi tersebut, lanjut Suryamin, membuat pasokan rutin ke rumah potong hewan (RPH) hanya bisa dipenuhi dari sapi impor milik feedloter.
"Kalau anaknya mau sekolah baru dipotong. Anaknya lulus ujian baru dipotong. Ini yang harus jadi perhatian. Bukan survey kita salah, tapi bagaimana kita membaca datanya secara detail, yang suplai rutin kan cuma feedloter," katanya.
Muhammad Idris - detikfinance
Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, meski stok populasi sapi di dalam negeri mencukupi, tingginya permintaan daging sapi belum bisa diimbangi dengan ketersediaan sapi yang siap potong dari peternak lokal.
"Tahun terakhir BPS sensus pertanian tahun 2013 jumlah sapi kita ada 12 juta, sekarang sekitar 15 juta dari survei oleh Kementan. Tapi kalau di-trace nggak semua dari 15 juta yang tersedia dan bisa dipotong," kata Suryamin di Kantor BPS, Rabu (12/8/2015).
Suryamin menyebut, penyebab utama defisit permintaan dan ketersediaan sapi lokal akibat kepemilikan sapi yang masih dimiliki keluarga, bukan peternakan besar.
"Sapi kita banyak. Tapi sapi dimiliki rumah tangga yang punya 3 atau 2 sapi saja. Yang juga harus dilihat, bahwa sapi betina baru bisa dipotong kalau sudah 5 kali beranak atau dan sapi jantan pada umur di atas 2 tahun," ujar Suryamin.
Kondisi tersebut, lanjut Suryamin, membuat pasokan rutin ke rumah potong hewan (RPH) hanya bisa dipenuhi dari sapi impor milik feedloter.
"Kalau anaknya mau sekolah baru dipotong. Anaknya lulus ujian baru dipotong. Ini yang harus jadi perhatian. Bukan survey kita salah, tapi bagaimana kita membaca datanya secara detail, yang suplai rutin kan cuma feedloter," katanya.
Muhammad Idris - detikfinance
Posting Komentar untuk "RI Punya Banyak Sapi, Tapi Kok Harga Daging Mahal?"